Pernah melihat iklan sebuah operator telepon selular di televisi yang mengangkat kejujuran seorang anak kecil sebagai iconnya..?? atau iklan lain yang merasa dibohongi seorang anak kecil..?? atau mengenai berita politik yang masih hangat tentang kebohongan para pemegang kekuasaan..?? Untuk yang terakhir di atas tidak akan kita bahas di sini tentunya. Mari coba kita renungkan satu hal, benarkah anak-anak makhluk paling jujur di dunia? Dengarlah perkataan anak-anak, merekalah satu-satunya yang dapat dipercaya karena hanya mereka yang pasti menyampaikan kebenaran. Tidak ada kebohongan pada diri anak-anak. Semua yang dikatakannya jujur semata. Benarkah?
Coba kita cermati beberapa fase mengenai kecenderungan seorang anak untuk berperilaku manipulatif.
Pada usia mengenal lingkungan, sekitar umur 3 tahun, seorang anak berbohong karena tidak bisa membedakan mana yang fantasi dan mana yang berupa kebenaran. Pada umur itu, anak-anak juga biasa melupakan apa yang telah dilakukan.
Sekitar umur 5 atau 6 tahun, anak-anak mulai bisa membedakan mana yang merupakan fantasi dan mana yang kenyataan sesungguhnya. Pada umur ini, anak mulai belajar apa yang disetujui dan apa yang tidak disetujui orangtuanya. Selain itu seorang anak juga mulai membangun rasa bersalah jika melakukan tindakan yang tidak semestinya. Pada saat inilah dimungkinkan bohong dilakukan seorang anak untuk menghindari ketidaksetujuan orangtua atau hukuman. Misalnya karena orangtuanya selalu memarahi bila merusak sesuatu, maka ketika memecahkan gelas sang anak berbohong. Jika mengakui memecahkan gelas, sang anak khawatir bakal mendapatkan kesulitan. Umur 5-6 tahunan juga merupakan umur di mana seorang anak ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtuanya. Oleh karena itu salah satu strategi untuk menarik perhatian adalah dengan berbohong.
Menginjak usia 7-8 tahun, kebanyakan anak telah belajar membedakan yang kenyataan dan yang berupa fantasi. Umumnya alasan berbohong pada umur ini adalah untuk menghindari hukuman jika berkata jujur atau untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan. Pada umur ini, seorang anak juga mulai belajar tentang kesopanan. Mereka mulai bisa berpura-pura menyukai sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya ada tetangga memberikan kue, maka akan dibilang sangat enak meskipun tidak menyukai kue itu. Salah satu yang paling menarik mengenai bohong anak-anak pada usia ini adalah bohong menangis untuk membantu temannya yang diganggu teman yang lain. Tangisan membuat kejadian itu diperhatikan orang. Ini artinya bohong digunakan untuk membantu.
Pada saat beranjak remaja, kebohongan biasanya dilakukan untuk melindungi privasi, membangun independensi, dan menghindari kebingungan. Selain itu bisa jadi bohong dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan jika mengatakan kebenaran. Misalnya meminta uang untuk membeli mainan tidak akan diberi, tapi meminta uang untuk membeli buku akan diberi. Oleh sebab itu mereka meminta uang pada orangtua untuk membeli mainan meski sebenarnya untuk membeli buku.
Sebagai orang tua tentunya kita harus bisa menyikapi perilaku anak kita dengan tepat. Ada beberapa hal yang perlu kita ingat :
- Anak pada dasarnya terlahir TIDAK dengan perilaku manipulatif.
- Mereka belajar trik-trik manipulatif TANPA SENGAJA, “TRIAL and ERROR” dan melalui OBSERVASI di lingkungan sekitarnya tempat mereka berinteraksi.
- Anak akan selalu ingat, ketika dia menangis , seseorang pasti akan datang mendekati dan melayaninya. Bila dia berpura-pura sakit, dia terbebas dari tugas membereskan kamar dan mainannya sendiri atau tugas lainnya.
- Selanjutnya dengan BERBOHONG, dia tidak akan ditegur atau dimarahi dan mendapatkan simpati.
- Ketika perbuatan-perbuatan ini dilakukan berulang-ulang dan berhasil, maka kelakuan seperti ini akan menjadi satu kebiasaan.
Untuk itu ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan sebagai orang tua apabila kita mengetahui anak sudah mulai bisa berbohong, yaitu:
- Jangan langsung memarahi anak. Pastikan mereka berhenti berbohong bukan karena takut tetapi sadar bahwa perbuatan itu tidak baik dan berdosa.
- Tidak semua kebohongan dapat diselesaikan dengan metode yang sama. Maka orang tua harus lebih selektif.
- Pererat komunikasi dengan anak. Upayakan mereka merasa nyaman, bersikap terbuka, juga selalu percaya diri menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang mereka hadapi.
- Bangunlah rasa aman. Buat anak kita merasa aman di dekat kita walaupun dia telah melakukan kesalahan.
- Jika orang tua merasa buntu, tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mengatasi kebohongan anak, maka perbanyak referensi bacaan tentang psikologi anak atau mencari pertolongan kepada orang lain.
- Evaluasi cara mendidik dan penerapan disiplin yang selama ini berlaku di rumah. Penerapan disiplin yang berlebihan akan membuat anak takut bukannya mengerti.
Sebenarnya ada hal positif yang bisa kita ambil ketika menjumpai si kecil mulai berperilaku manipulatif. Perilaku tersebut salah satunya menunjukkan bahwa anak tersebut cerdas. Tapi tentu saja kita tidak bisa mebiarkan hal tersebut begitu saja. Walaupun kadar anak berbohong masih terbilang ringan, orang tua sebaiknya menyikapi hal itu sebagai “peringatan”. Sekecil apapun bohong anak, orang tua harus mencari tahu penyebabnya.
Perhatian ekstra harus diberikan jika kebohongan itu telah berkembang menjadi sikap manipulatif. Pada tahapan ini anak telah mempunyai rencana dan target yang dituju. Begitu pula jika kebohongan telah berpola, maka orang tua harus mencari informasi yang buuaanyak atau reverensi buku tentang psikologi anak. Atau bisa juga dengan berkonsultasi dengan para ahli.
Semoga kita sebagai orang tua bisa memahami dan mendeteksi lebih dini perilaku manipulatif si kecil, sehingga bisa memberikan arahan yang tepat dan bisa mewujudkan cita-cita mereka sebagai generasi penerus bangsa yang jujur dan berjiwa besar.
Telah dibaca :
Share