Week  end t'lah tiba..saatnya berkumpul bersama keluarga, memanjakan sang  buah hati tercinta..:) Buat ayah bunda yang sibuk kerja, hari sabtu   minggu merupakan momen yang sangat dinanti. Bisa berkumpul bersama anak  -anak di rumah. Tidak mesti harus diisi dengan jalan-jalan keluar,  kebersamaan dengan berkumpul di rumah seharian sudah lebih dari cukup  sebagai media mempererat hubungan batin dengan sang buah hati.Kali  ini Mama Aretha ingin berbagi sedikit tips bagaimana kita memperlakukan  dan mendidik sang buah hati. Kita akan coba memahami bahasa mereka,  menempatkan diri kita sejenak di alam mereka.
Pertama, pahami anak sebagai individu yang berbeda. 
Seorang  anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat  dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan  mengamalkannya berbeda satu dengan yang lainnya. Sering terjadi kasus,  terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami “sindroma” anak pertama.  Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa  memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak  dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa  memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan  mengoordinasikan gerakan tangan) anak. Seperti firman Allah SWT.
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)
Kata  مَا اسْتَطَعْتُم (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan  seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak  bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.
Yang kedua, memberi tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Coba  kita menempatkan diri pada posisi mereka. Kita bisa lihat dari sisi  usia, fisik maupun mental psikologis sang buah hati. Beri dorongan dan  semangat bahwa dia mampu melakukannya.
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)
Berusahalah untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak.
Beri  dorongan dan semangat bahwa dia mampu melakukannya. Berikan pujian yang  membangun tapi jangan terlalu berlebihan yang bisa membuat si anak  tinggi hati.
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya  Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah  melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Menceritakan  kegagalan buah hati kita justru akan menambah beban buat mereka untuk  maju. Ceritakan pengalaman tentang rajinnya sang buah hati sehingga akan  mendorong dia untuk melakukan yang lebih baik.
Jika anak melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan kesalahannya semata. 
Berilah  solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia  lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. Berikan contoh untuk  perbaikan yang harus dilakukan serta tekankan bahwa kegagalan merupakan  sukses yang tertunda.
Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak.
Tidak memanggil atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Daya ingat anak sangat kuat. Setiap kata yang terucap dari mulut kita akan terekam dengan baik di otak mereka. Selalu menggunakan kata-kata yang positif bisa menjadi salah satu kunci membangun energi positif buat mereka.
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920)
Hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar.
Telah dibaca :
Share
